Aksi Kekerasan Terhadap Kegiatan Peribadatan Di Tangerang Selatan; Benyamin Davnie, Tidak Ada Tempat Bagi Intoleransi

foto: Walikota Tangsel Benyamin Davnie Saat Memberikan Pengarahan (foto Dokumentasi Pemkot Tangsel)
Follow me

Tangerang Selatan, PilarMediaNusantara.com – Terjadi aksi kekerasan terhadap kegiatan peribadatan di Tangerang Selatan. Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, menegaskan bahwa wilayahnya tidak akan memberikan tempat bagi warganya yang tidak memiliki toleransi antarumat beragama.

Pernyataan tersebut disampaikan Benyamin sebagai tanggapan atas insiden kekerasan yang menimpa sejumlah mahasiswa saat mereka beribadat di Jl Ampera RT 007 RW 002, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan.

Bacaan Lainnya

“Kejadian seperti kemarin tidak boleh terulang lagi di Tangerang Selatan. Jadi tidak ada tempat di Tangerang Selatan bagi intoleransi,” ujarnya di Tangsel

Menurutnya, perbedaan keyakinan telah disatukan dalam semangat kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, mulai dari nilai ketuhanan hingga keadilan sosial. “Nilai-nilai ini yang mempersatukan kita,” ucapnya.

“Sejak lahir, setiap manusia sudah berbeda secara fitrah. Beda jenis kelamin, agama, ekonomi, berat badan, keturunan, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Oleh karena itu, katanya, perbedaan-perbedaan tersebut tidak perlu dijadikan masalah dalam masyarakat atau kehidupan sosial.

“Tidak ada yang perlu dipermasalahkan mengenai hal-hal itu. Inilah Indonesia,” ujarnya.

Ia juga berharap seluruh masyarakat, khususnya warga Tangerang Selatan, dapat bersama-sama menjaga kedamaian, semangat toleransi, serta kerukunan antarumat beragama.

Mengenai insiden yang terjadi di wilayahnya, dia menjelaskan ada miskomunikasi antara pihak RT dan warga setempat terkait pelaksanaan ibadat, yang berujung pada kejadian yang tidak diinginkan.

“Ada masalah komunikasi yang terhambat antara pihak RT dan warga di lingkungannya,” ujarnya.

Dia juga mengingatkan RW dan RT untuk sering mengunjungi dan memahami warganya. Jika perlu, mereka harus mendatangi setiap orang di lingkungannya.

“Paling tidak, secara kultural, Bapak-Ibu bisa memahami dengan baik situasi di lingkungannya,” katanya.

Selain itu, dia menekankan pentingnya komunikasi dengan lurah dan camat tentang situasi serta kondisi lingkungan setempat.

Sebelumnya, media sosial dihebohkan dengan unggahan mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) yang mengalami kekerasan hingga pembacokan saat melakukan ibadat.

Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah mahasiswa ketakutan dikerumuni massa. Beberapa mahasiswa terkena sabetan senjata tajam. Salah satu mahasiswi mengungkapkan bahwa ada pihak RT setempat yang turut melakukan persekusi. (red/PMnusantara/rusdin)

About Author

Pos terkait