Pesisir Selatan,pilarmedianusantara.com – Kampung Pondok Talang, sebuah daerah terpencil di Kenagarian Lunang Tengah, Kecamatan Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan, sedang menghadapi situasi yang menegangkan setiap harinya. Warga di sini tak punya pilihan selain mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk mencapai lahan perkebunan yang menjadi sumber penghidupan. Mereka terpaksa bergelantungan di atas jembatan darurat yang mengerikan, hanya berupa kawat tipis yang membentang di atas sungai besar dengan arus deras.
Menurut keterangan warga setempat, Doni, sungai tersebut memisahkan area pemukiman dari lahan persawahan yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pondok Talang. “Setiap hari, para petani harus menyeberangi sungai dengan kondisi yang sangat berbahaya,” ungkapnya dengan wajah penuh kekhawatiran.
Jembatan Tipis, Nyawa Taruhannya
Satu-satunya penghubung antara mereka dan lahan mereka adalah sebuah jembatan darurat. Bukan jembatan kokoh dari beton atau kayu, melainkan hanya beberapa kawat yang membentang di atas arus yang bisa berubah menjadi sangat deras, terutama saat hujan deras datang. “Setiap kali melangkah di atas jembatan itu, nyawa benar-benar dipertaruhkan,” tambah Doni, menggarisbawahi ancaman yang terus menghantui warga.
Musim hujan memperparah situasi, debit air sungai meningkat drastis, dan arusnya bisa menyeret apa pun yang berada di jalurnya. “Jika airnya naik, siapa pun yang menyeberang bisa tersapu arus,” ungkap Doni dengan nada serius.
Permohonan Tertunda: Menunggu Perhatian Pemerintah
Dengan situasi yang genting ini, warga Kampung Pondok Talang hanya bisa berharap. Harapan mereka terletak pada perhatian pemerintah daerah yang sampai saat ini belum memberikan solusi atas kondisi tersebut. Warga mendesak agar jembatan layak segera dibangun, bukan hanya demi keamanan, tetapi juga untuk kelancaran aktivitas ekonomi yang bergantung pada akses tersebut.
“Kami hanya ingin jembatan yang aman. Kami ingin hasil panen kami bisa dibawa pulang tanpa harus takut kehilangan nyawa setiap harinya,” ujar Doni menutup pernyataannya dengan penuh harap.
Kondisi ini terus memprihatinkan, dan saat ini pertanyaan yang menggantung di benak warga adalah: sampai kapan mereka harus terus mempertaruhkan hidup demi bertahan hidup.(Red/pilar/If)