Presiden Mengajak Bangsa Pulang Ke Akar Kebangsaan Sendiri, Baju Baduy sebagai simbol

Presiden mengajak kembali ke akar bangsa sendiri, baju baduy sebagai simbol
Uten Sutendy, Budayawan, Penulis Novel, Pemerhati Kearifan Lokal Nusantara
Follow me

Tangerang Selatan, PilarMediaNusantara.com – Langkah Presiden Jokowi memilih busana Baduy di acara kenegaraan pada tanggal 16 Agustus kemarin itu sangat tepat. Sebuah momentum yang pas di saat kita sebagai sebuah bangsa sedang berusaha bangkit dari keterpurukan, terutama keterpurukan ekonomi di era covid.

Busana adat Baduy yang dipakai presiden adalah sebuah siloka atau perumpamaan yang mengandung makna sangat dalam dan luhur. Yakni menggambarkan ada kesadaran baru di pucuk pimpinam bangsa ini untuk bukan saja sekedar menghargai tradisi dan adat istiadat serta kearifan lokal bangsa sendiri yang mengandung nilai -nilai luhur, tetapi juga mengajak semua elemen bangsa untuk berkaca dan belajar banyak kepada kearifan lokal bangsa sendiri.

Bacaan Lainnya

Dengan kata lain, presiden ingin mengajak rakyat Indonesia dan segenap elemen bangsa untuk kembali “pulang” ke akar kebangsaan kita sendiri yang sesungguhnya setelah selama ini bangsa Indinesia cenderung terombang -ambang oleh gelombang pengaruh budaya luar hingga hampir kehilangan jati diri.

Akar bangsa kita adalah adat istiadat asli Indonesia yang tumbuh dan berkembang di bumi nusantara.

Kenapa Baduy yang dipilih, karena suku Baduy adalah suku yang tertua dan memiliki nilai-nilai luhur serta universal dimana semua adat yang ada di nusantara dan juga bangsa-bangsa lain di dunia mengakuinya.

Nilai-nilai luhur itu diantaranya ialah pola hidup sederhana, kerja keras, menjaga dan memelihara alam lingkungan, bersikap santun kepada semua mahluk Tuhan. Mengembangkan budaya menanam bukan budaya panen, dan budaya menerima segala perbedaan dan keragaman sebagai kekayaan dan keindahan kehidupan.

Nilai-nilai itulah yang membuat warga Baduy tetap survive, teguh, punya jati diri dan percaya diri serta terhindari dari jebakan pengaruh negatif modernisasi, namun bukan berarti tidak memahami perkembangan dan kemajuan jaman.

Dengan sikap itu pula orang Baduy termasuk kelompok warga yang bisa hidup sehat meskipun tanpa mengenal rumah sakit dan dokter. Mereka hidup damai tenteram jauh dari konflik meskipun tanpa aparat keamanan. Mereka bisa hidup sejahtera terhindar dari kemiskinan meskipun minus sentuhan tehnologi modern.

Itulah sedikit contoh dari sekian banyak nilai- nilai luhur yang mereka anut sehingga orang Baduy menjadi komunitas masyarakat paling imun dalam banyak hal, termasuk imun dari bencana pandemi covid. Ketika warga di seluruh dunia sibuk memerangi pandemi covid, orang Baduy justru hidup biasa saja tanpa ada perubahan sikap apapun. Hingga sekarang hanya komumitas Baduy di Indonesia bahkan dunia yang benar -benar terhindar dari tekanan pandemi covid. Di Baduy hingga saat ini zero covid.

Nah, itulah pesan luhur yang ingin disampaikan Presiden Jokowi. Presiden ingin mengajak bangsa Indonesia merecovery kehidupan berbangsa dan kembali bangkit dari keterpurukan dengan cara “pulang” kembali ke akar dan membangun serta memelihara akar kebangsaan kita yang sesunugghnya.

Yakni mengajak rakyat agar bekerja keras, hldup sederhana dan mengembangkan budaya menanam, budaya memelihara. Sebaliknya mulai mengurangi budaya memanen (hedonis, rakus, merusak alam) yang selama ini cenderung menjadi prilaku yang melanda banyak warga Indonesia dan umumnya umat manusia di dunia.

Ditulis Oleh : Uten Sutendy, Budayawan, Penulis novel Baduy sebuah Novel, Pemerhati Kearifan Lokal Nusantara.

About Author

Pos terkait