PilarMediaNusantara.com – RSUD Sondosia adalah salah satu rumah sakit baru milik pemerintah kabupaten Bima. Di Usianya yang hampir 12 tahun 17 Agustus nanti, masih banyak keterbatasan dan kekurangan yang ada. Mengunjungi RSUD Sondosia, terpotret area luas, terkesan sepi, banyak diantara bangunan yang terkesan tidak terawat, plafon bolong, parkir kendaraan bahkan sampai di dekat lorong-lorong menuju rawat inap.
Keadaan ini diperparah saat musim hujan tiba, area tengah RS menjadi tempat tergenangnya air hujan. Struktur gedung dan sistem drainase yang tidak optimal menjadi factor kunci keadaan tersebut.
Ditemui usai peringatan hari jadi Bima ke-383, direktur RSUD Sondosia Bima, Dr. Firman, MPH tidak menampik keadaan rumah sakit nya. “Iyah, sejujurnya kami memang masih menghadapi banyak keterbatasan. Baik sarana maupun SDM dan penganggaran”, ujarnya.
kami sangat berterima kasih kepada Kepala Daerah (bupati) atas kepercayaan ini, kami dimanahi untuk membantu mengelola RS dengan sumber daya yang ada ini. RS ini sangat strategis lokasinya, punya potensi untuk besar, punya SDM yang melimpah untuk diberdayakan, kami juga melihat dukungan dari masyarakat sekitar Sondosia, Kecamatan Bolo, Madapangga, Donggo, Soromandi dan Woha. Saat sarana dan SDM khususnya dokter spesialis terpenuhi, maka RS ini akan menguasai pasar RS daerah Bima Selatan bahkan regional Sumbawa Timur”, tuturnya bersemangat.
Diakui lulusan UGM ini, tugas beratnya adalah menata system pengelolaan pelayanan RSUD Sondosia agar menjadi lebih baik sesuai atau mendekatai harapan masyarakat. “Tidak mudah. Tapi dengan kebersamaan, dukungan pemilik, masyarakat yang peduli termasuk teman-teman media, akan membuat RS Sondosia ini menjadi lebih baik ke depan nya”, harapnya. Meletakan fondasi dasar agar system organisasi di RS Sondosia berjalan efektif menjadi misi awalnya.
Berbagai standar dan system pelayanan khususnya bersamaan dengan implementasi BLUD juga disiapkan. Karena menurut mantan Kepala seksi Pelayanan kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima ini trdapat banyak peraturan pelaksana Tata kelola RS BLUD yang harus disiapkan. “seperti SOP pelayanan, standar penatausahaan keuangan BLUD, system remunerasi, dan lain-lain”, ujarnya.
Disinggung kinerja RS saat ini, mantan pegawai RSUD Bima ini mengaku kalau secara umum selama semester pertama Tahun 2023 rata-rata mengalami peningkatan. “Dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2022 (Jan-Juni), Semuanya mengalami peningkatan kecuali pelayanan di Klinik (Poli) Kandungan yang turun 1%. Pasien yang di layani di IGD misalnya, meningkat 66%. Di rawat inap Anak, meningkat 270%, klinik umum meningkat 50%, klinik penyakit dalam meningkat 13%, Klinik Gigi meningkat 223%. Demikian juga pada instalasi atau unit penunjang. Instalasi Gizi misalnya, Jan-Juni tahun 2022 melayani makan 844 hari rawat pasien, tahun 2023 periode yang sama melayani makan 1826 hari rawat pasien atau meningkat 116%, instalasi laboratorium pasien BPJS meningkat 99,6 %, pasien umum meningkat 112%. Radiologi pasien BPJS meningkat 85%, pasien umum meningkat 12%. Di rawat inap, keseluruhan BOR kami meningkat dari 14% menjadi 29%”, urainya.
Bukan cuma kinerja pelayanan, sebagai RS pemerintah, RSUD Sondosia juga menyiapkan diri dan fasilitas untuk berbagai keadaan masyarakat. Setelah pandemic COVID-19 mereda, saat wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kejadian luar biasa, RSUD Sondosia melayani 54 pasien DBD yang bagi pasien umum adalah gratis. “inilah cara kami untuk bisa lebih bermanfaat (kinerja manfaat) buat masyarakat”, jelasnya.
Lebih lanjut, menurutnya, inilah esensi BLUD, meningkatkan kinerja pelayanan, kinerja manfaat bagi pasien dan masyarakat. “Dengan peningkatan kinerja pelayanan ini, maka kami berharap kinerja keuangan juga akan mengikuti. Kami sangat tidak ingin bahwa RS kami hanya sibuk pada kinerja keuangan sementara kinerja pelayanan kami nomorduakan. Namun demikian, sebagai BLUD, kami juga harus memiliki pengelolaan keuangan yang sehat dan akutabel, kami juga harus bekerja keras agar proyeksi pendapatan kami tahun 2023 ini mencapai target, kalau tidak, kami akan minus. Termasuk menyadarkan teman-teman kami semua diinternal untuk patuh prosedur, terutama berkaitan dengan keuangan”, ujar salah satu inisiator BLUD di Kabupaten Bima ini.
Mendukung keinginan tersebut, direktur berharap dengan moto “melayani dengan cinta”, nilai dasar HATI TULUS, serta falsafah “Tohompara ndai sura duou labo dana” benar-benar menjadi landasan pelayanan di RSUD Sondosia. “tapi ini butuh waktu yah, kami bertahap bagaimana nilai dasar, falsafah ini bukan hanya sekedar semboyan, tapi benar-benar jadi citra setiap orang di RSUD Sondosia ini”, tambahnya.
Dirinya juga berharap UU kesehatan yang baru segera disahkan oleh pemerintah (update: sudah disahkan tanggal 11 Juli 2023 lalu), karena dengan UU kesehatan yang baru direktur berharap akan lebih mendapat prioritas pemerintah pusat untuk dukungan anggaran dan SDM khususnya dokter spesialis. “Saya mendengar penjelasan menkes, kalau dengan UU yang baru itu, maka percepatan akses masyarakat terhadap pelayanan yang standar akan di dukung pemerintah (kemenkes) pada setiap fasilitas kesehatan di Indoensia. Semoga salah satunya yang segera adalah RSUD Sondosia ini”, harapnya (pmn/Hardin, M)